Sejarah Ilmu Tajwid [Awal-Akhir] Terlengkap
Mulanya, sejarah keberadaan hukum Tajwid memang tidak atau belum banyak dibahas, terutama pada zaman ketika Nabi Muhammad masih menyebarkan dakwahnya. Meski demikian, secara embrio, ilmu ini sudah mulai muncul sejak diturunkannya Al-Quran. Dan dari sinilah sebenarnya sejarah Ilmu Tajwid bermula.
Sejarah Ilmu Tajwid
Sejarah dalam keberadaan lahirnya ilmu tajwid berawal dari cara membaca Al-Quran dengan tajwid. Jika mungkin ada yang berprasangka bahwa cara membaca Al-Quran berbeda-beda karena Ijtihad Ulama, maka dia salah besar. Sebab, cara membaca al-Quran yang dikenal sampai saat ini sama sekali bukan hasil Ijtihad. Bukan hasil olah pikir dan wawasan yang dimiliki oleh ulama hingga melahirkan satu cara membaca Al-Quran.
Seperti halnya hadits, cara membaca alquran adalah hal yang diambil dari Nabi Muhammad. Sahabat Nabi dan ulama, hingga orang islam sekarang, hanya mencontoh dan meniru bagaimana Nabi Muhammad membaca Al-Quran.
Kalaupun, ada beberapa macam perbedaan membaca, itu adalah urusan riwayat mana yang digunakan. Hadits pun demikian, ada beberapa jalur riwayat yang digunakan.
Kalaupun, ada beberapa macam perbedaan membaca, itu adalah urusan riwayat mana yang digunakan. Hadits pun demikian, ada beberapa jalur riwayat yang digunakan.
Meski demikian, satu hal yang perlu digarisbawahi, cara membaca Al-Quran adalah riwayat yang diwariskan dari nabi secara turun temurun hingga sekarang. Nabi Muhammad sendiri belajar membaca Al-Quran dari Malaikat Jibril, malaikat yang diutus Allah untuk menyampaikan wahyu. Baca juga; Cara Membaca Al-Qur’an yang Dilarang Karena Menyimpang
Riwayat Penulisan Al-Quran
Sebelumnya, Nabi Muhammad memang memiliki juru tulis ketika satu ayat turun kepada Beliau. Namun, ayat-ayat tersebut ditulis pada kulit, daun, pelepah kayu, dan bahkan bebatuan tipis. Dari ayat-ayat yang tersebar itulah, Abu Bakar memerintah Zaid agar mengumpulkannya menjadi satu dan membukukan yang lantas akan menjadi bagian pentin dalam sejarah Ilmu Tajwid.
Al-quran selesai dibukukan. Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, mushaf mulai digandakan dan dikirim ke beberapa ibu kota dengan satu pengajar yang sesuai dengan mushaf yang dibawanya. Namun begitu, teks alquran saat itu hanya berupa garis-garis, tanpa tanda titik, apalagi harakat. hal itu untuk memberi keleluasaan agar mushaf tersebut bisa digunakan dalam beberapa riwayat cara membaca Al-Quran. Baca juga; Cara Menghafal Al-Quran dengan Mudah
Penyempurnaan Teks Al-Quran dan Kelahiran Ilmu Tajwid
Dari sini, mushaf Al-Quran semakin disempurnakan pada masa dinasti Umayyah. Hal itu dilakukan demi menjaga bacaan Al-Quran agar tidak berubah. Titik dan syakal mulai ditulis di dalam mushaf. Itupun tidak dilakukan dalam satu tahap, melainkan melalui proses yang tidak sebentar.
Pertama, pada masa Khalifah Muawiyah, lalu disambung pada masa Abdul Malik bin Marwan. Saat itu mushaf Al-Quran sudah memiliki titik untuk membedakan huruf semacam ب dan ت atau huruf-huruf yang memiliki garis sama.
Perkembangan Islam yang sudah masuk di Eropa, menjadikan mushaf yang semacam itu masih memiliki kendala dalam cara membaca. Maka, pada masa Dinasti Abbasyiah, mushaf Al-Quran disempurnakan lagi dengan tambahan harakat, termasuk memberi tanda tasydid.
Dari sini lantas pengertian tajwid muncul sebagai ijtihad untuk menjaga bacaan al-Quran agar sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad. Mushaf pun sudah dilengkapi dengan tanda pemisah ayat, penomoran ayat dan surat, serta keterangan jumlah dan nama surat masing-masing. Baca juga; Macam Hukum Tajwid dan Penjelasannya
Demikian sedikit paparan tentang sejarah Ilmu Tajwid dari awal perkembangan sampai akhir kepenulisannya. Semoga melalui artikel yang dapat kami sajikan ini bisa bermanfaat untuk segenap pembaca yang sedang mencari referensinya. Trimakasih,