Pengertian Tashil, Cara Membaca, dan Contohnya


Tidak selalu membaca Al-Qur’an itu sama dengan apa yang sudah dipelajari dalam hukum tajwid lengkap. Maksudnya, beberapa lafadz dalam Al-Qur’an memiliki cara baca yang tidak biasa. Salah satunya adalah cara baca yang sering disebut dengan tashil. Tentang bagaimana pengertian tashil, bagaimana cara membacanya, Anda bisa menyimaknya di sini.

Bacaan Ghorib di dalam Al-Qur’an

Bacaan yang tidak biasa, yang ada di dalam Al-Qur’an, disebut dengan ghorib. Ghorib sendiri memiliki pengertian asing. Bisa juga diartikan langka. Karena itu, dalam ghorib, yang dibahas adalah bacaan-bacaan yang tidak biasa.

Materi tentang ghorib bukan hanya tentang tashil. Ada materi-materi lain yang mirip dengan tashil. Di antara materi-materi ghorib tersebut adalah: Imalah, Naql, Isymam, Saktah, Tashil, juga beberapa bacaan tidak biasa yang lain.

Masing-masing memiliki cara baca tersendiri. Masing-masing juga hanya memiliki satu lafadz saja di dalam Al-Qur’an, kecuali saktah.

Tashil


Tashil berasal dari kata sahala atau sahlun. Artinya, gampang atau mudah. Tashil sendiri merupakan bentuk masdar yang mengikuti wazan:

فعّل يفعّل تفعيل

Dalam istilah Ilmu Tajwid, pengertian tashil adalah membunyikan suara hamzah di antara hamzah dan alif dengan maksud meringankan hamzah. Artinya, suara yang keluar bukan murni hamzah, juga bukan murni alif.

Lantas bagaimana? Suara yang keluar adalah suara di antara keduanya. Bisa juga dikatakan suara tersebut adalah gabungan dari alif serta hamzah.

Dalam pengertian lain, tashil dikaitkan dengan hamzah washal dan hamzah istifham. Hamzah washal sendiri adalah hamzah yang dibaca ketika berada di awal bacaan, dan tidak dibaca ketika berada di tengah bacaan.

Contoh hamzah washal bisa Anda dapati pada kata yang memiliki Al Ta’rif. Alif yang ada pada al ta’rif tersebut adalah hamzah washal.

Berbeda dengan hamzah washal, hamzah istifham adalah hamzah yang digunakan untuk kalimat pertanyaan di dalam Bahasa Arab. Letak hamzah istifham sendiri, selalu berada di depan kata dengan penulisan disambung dengan kata yang ditempelinya.

Penjelasan tentang keterkaitan tashil dengan hamzah istifham dan hamzah washal ini merujuk pada syair Imam as Syathibi pada Asy Syathibiyyah. Bunyi syairnya adalah:

وَإِنْ هَمْزُ وَصْلٍ بَيْنَ لاَمٍ مُسَكِّنٍ * وَهَمْزَةِ الاِسْتِفْهَامِ فَامْدُدْهُ مُبْدِلاَ
فَلِلْكُلِّ ذَا أَوْلى وَيَقْصُرُهُ الَّذِي * يُسَهِّلُ عَنْ كُلِّ كَآلانَ مُثِّلاَ

Maksudnya, jika posisi hamzah washal berada di antara hamzah istifham dan lam sukun, maka cara membaca hamzah washal tersebut ada dua. Yakni, ibdal dan tashil. Hal ini sesuai dengan kesepatakan seluruh imam qiraah sab’ah.

Ibdal diartikan dengan mengganti hamzah washal dengan alif mad. Dengan begitu, maka terjadilah pertemuan antara dua huruf mati. Dua huruf mati tersebut adalah alif mad, dan lam sukun milik Al Ta’rif. Karena itu, cara bacanya adalah dipanjangkan hingga 6 harakat.

Tashil sendiri diartikan dengan meringankan suara hamzah washal dengan membunyikannya di antara suara hamzah dan suara alif.

Cara Membaca Tashil dan Contohnya


Bacaan tashil yang masuk dalam ghorib adalah tashil yang berada pada Surat Fussilat. Bunyi ayatnya adalah:

وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآَنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آَيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ 
[فصلت/44]

Fokus bacaan pada kata أَأَعْجَمِيٌّ. Yang dibaca tashil adalah hamzah yang kedua. Sehingga, cara baca hamzah tersebut tidak terdengar seperti hamzah, tidak juga sebagai alif. Suaranya berada di tengah antara hamzah dan alif, mirip sekali dengan hamzah, tetapi lebih samar.

Pada contoh ini, cara bacanya harus tashil, tidak boleh dibaca ibdal. Pendapat ini merupakan pendapat Imam Hafsh. Artinya, lafadz أَأَعْجَمِيٌّ tidak boleh dibaca ibdal dengan panjang 6 harakat.

Kesalahan dalam Membaca Tashil

Kesalahan yang umumnya dilakukan saat membaca tashil adalah membacanya dengan suara huruf ha’. Memang, suara yang dihasilkan dari tashil mirip dengan suara huruf ha’, tetapi tidak sepenuhnya sama. Suara huruf ha’ terdengar lebih jelas. Sedang suara yang dihasilkan dari tashil terdengar seperti huruf ha’ yang samar.

Cara membedakannya adalah dengan memperhatikan tekanan pada tenggorokan. Suara ha’ muncul dari tenggorokan paling bawah. Getaran pada dada saat membunyikan ha’ juga dapat dirasakan. Hal semacam itu tidak akan dirasakan ketika tashil diucapkan.

Kiranya, penjelasan tentang pengertian tashil ini sudah cukup ya. Jangan lupa untuk terus menggali lebih dalam ilmu tentang bacaan Al-Qur’an. Semoga tulisan kali ini memberikan manfaat bagi segenap pembaca sekalian. Trimakasih,

Subscribe to receive free email updates: