Macam Hukum Bacaan Ra (ر) Beserta Contohnya di Al-Qur’an


Di antara sekian banyak huruf hijaiyyah, ada salah satu huruf yang menarik untuk dibahas. Huruf tersebut adalah huruf ra. Alasannya, ra bisa dibaca dengan dua cara berbeda. Berikut adalah ulasan tentang macam-macam hukum bacaan ra (ر) beserta contohnya di al-Qur’an. Silakan simak.

Bacaan Ra’


Apa saja macam bacaan ra’? Macam bacaan ra’ ada dua. Pertama, ra’ yang dibaca tafkhim, dan dua, ra’ yang dibaca tarqiq. Keduanya jelas memiliki suara yang berbeda. Ra’ yang dibaca tafkhim terdengar lebih tebal. Sedang ra’ yang dibaca tarqiq terdengar tipis.

Anda bisa memperhatikan bentuk mulut saat seseorang mengucapkan ra’ tafkhim dan ra’ tarqiq. Ketika orang mengucapkan ra’ tafkhim, posisi mulut sedikit maju agar menghasilkan suara yang tebal. Berbeda ketika seseorang mengucapkan suara ra’ tarqiq, mulut orang tersebut cenderung melebar. Ini adalah ciri-cirinya.

Ra’ Tafkhim


Ketika apa saja ra’ harus dibaca tafkhim atau tebal? Jawabannya, ketika ra’ tersebut ada pada keadaan-keadaan seperti yang dijelaskan di bawah ini:

  1. Ra’ tersebut menyandang harakat fathah. Ambillah contoh kata الرَّحْمَنُ dari lafad basmallah. Ra’ pada kata tersebut menyandang harakat fathah. Ra’ semacam itu wajib dibaca tebal.
  2. Ra’ yang menyandang harakat dlummah. Ini seperti contoh lafad رُبَمَا yang diambil dari رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا pada Surat al Hijr. Ra’ dalam kata tersebut memiliki harakat dlummah. Sehingga, ra’ tersebut harus dibaca tebal.
  3. Ra’ mati, sedang sebelum ra’ mati tersebut ada satu huruf yang menyandang harakat fathah. Cermati lafad خَرْدَلٍ! Lihat ra’ pada kata tersebut! Ra’ tersebut mati, sedang sebelumnya ada huruf kha’ yang menyandang harakat fathah. Dalam keadaan demikian, ra’ tersebut harus dibaca tebal.
  4. Ra’ mati, sedang sebelum ra’ mati tersebut ada satu huruf yang menyandang harakat dlummah. Ambil contoh lafad قُرْبَةٌ. Sebelum ra’ mati pada kata tersebut, ada huruf qof yang menyandang harakat dlummah.
  5. Ra’ yang berada pada akhir waqaf atau dimatikan, sebelumnya adalah huruf mati, dan sebelumnya lagi adalah huruf yang menyandang harakat fathah. Contoh ra’ yang demikian adalah kata لْفَجْر yang diwaqafkan. Sebelum ra’ ada huruf jim mati. Sebelum huruf jim mati, terdapat fa’ yang diharakati fathah.
  6. Ra’ yang diwaqafkan, sebelumnya ada huruf yang mati, sebelumnya lagi adalah huruf yang menyandang harakat dlummah. Contoh dalam ulasan macam-macam hukum bacaan ra (ر) beserta contohnya di al-Qur’an ini mirip dengan yang sebelumnya. Tetapi berbeda harakat saja. Yang ini harakatnya adalah dlummah. Contohnya lafadz خُسْر. Sebelum ra’ ada sin mati. Dan sebelumnya sin mati tersebut ada huruf kha yang diharakati dlummah.
  7. Ra’ mati, sebelumnya adalah huruf yang menyandang harakat kasrah, sedang di depan ra’ adalah huruf isti’la’ yang tidak dikasrah. Syaratnya, ra’ dan huruf isti’la’ tersebut harus berada di dalam satu kalimat. Contohnya seperti lafad فِرْقَةٍ. Pada contoh tersebut, terdapat ra’ mati. Sebelum ra’ mati adalah huruf fa’ yang dikasrah. Sedang di depan ra’ mati ada huruf qof berharakat fathah. Huruf qof merupakan salah satu huruf isti’la’.
  8. Ra’ mati yang sebelumnya adalah huruf bukan dengan harakat kasrah asli. Ini seperti contoh أَمِ  رْتَابُواْ. Mim pada kata pertama dari dua kata tersebut aslinya berharakat sukun. Karena bertemu dengan ra’ mati, akhirnya disematkan harakat kasrah pada huruf mim tersebut. Karena itu, ra’ mati tersebut dibaca tafkhim.

Ra’ Tarqiq


Ra’ tarqiq merupakan ra’ yang dibaca tipis. Ra’-ra’ harus dibaca tipis ketika berada dalam keadaan sebagai berikut:

  1. Ra’ menyandang harakat kasrah. Contoh ra’ semacam ini cukup banyak ditemukan di dalam al-Quran. Ambillah contoh kata ضْرِبْ. Ra’ dalam kata tersebut menyandang harakat kasrah. Itu sebabnya, ra’ tersebut harus dibaca tipis.
  2. Ra’ sukun, sedang sebelumnya adalah huruf yang menyandang harakat kasrah. Contohnya adalah فِرْعَوْنُ. Pada kata tersebut, sebelum ra’ mati ada huruf fa’ yang menyandang harakat kasrah.
  3. Ra’ yang mati karena diwaqafkan, kemudian sebelumnya adalah huruf mati, sebelumnya lagi adalah huruf yang menyandang harakat kasrah. Kata حِجْر misalnya. Pada kata tersebut sebelum ra’ adalah jim mati. Sedang sebelum jim mati ada huruf ha’ yang menyandang harakat kasrah.
  4. Ra’yang mati karena waqaf, sedang sebelumnya adalah ya’ mati. Ini seperti kata خَيْر atau بصِير yang berada di ujung waqaf.

Demikian ulasan tentang macam-macam hukum bacaan ra (ر) beserta contohnya di al-Qur’an. Semoga melalui tulisan ini bisa memberikan wawasan serta dapatpula bermanfaat untuk pembaca sekalian. Salam.

Subscribe to receive free email updates: